Nilai tukar rupiah terus berada pada tren melemah sepanjang tahun ini. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) cukup yakin rupiah bisa kembali menguat setelah pesta akbar pemilihan presiden digelar tahun depan.
"Setiap menjelang pemilu atau setelah pemilu, nilai tukar kita (rupiah) akan menguat. Setelah pemimpin baru, rupiah biasanya akan mengalami perbaikan nilai tukar," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah saat ditemui dalam acara pelatihan wartawan ekonomi dan perbankan mengenai pendalaman seputar nilai tukar di Hotel Trans Studio, Bandung, Sabtu (7/12/2013).
Selain itu, Difi juga menjelaskan sejumlah faktor internal dan eksternal yang menekan nilai tukar rupiah perlahan mulai teratasi. Sebut saja, tingkat inflasi yang sempat meningkat tajam tahun ini akibat kenaikan harga sejumlah barang seperti yang terjadi di sektor komoditas.
Meski begitu, BI memprediksi harga-harga barang di pasaran akan kembali stabil. Kondisi tersebut dapat membuat tingkat inflasi merosot hingga mencapai target 4,5% pada 2014.
"Mulai tahun depan inflasi akan terus mengalami penurunan hingga diperkirakan mencapai 4,5%," ujarnya.
Faktor internal lain yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah defisit transaksi berjalan. Tetapi kebijakan BI untuk menaikkan suku bunga acuannya serta merevisi sebagian aturan impor pemerintah telah menurunkan volume impor di Tanah Air.
Sementara itu, pasar sudah mulai jenuh menghadapi isu kebijakan penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang tak kunjung usai. Seiring memudarnya kekhawatiran para investor dan pelaku pasar, sentimen pelemahan rupiah pun mulai berkurang. Dengan begitum rupiah dapat berangsur pulih dari keterpurukannya.
"Seterusnya untuk isu tapering off itu sudah tidak ada lagi, market sudah price in dengan isu ini. Sehingga tidak ada alasan lagi rupiah melemah," tandas Difi.
Sementara menjawab pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini hingga sempat menembus level 12 ribu per dolar AS, Difi menyatakan hal tersebut sangat wajar terjadi menjelang akhir tahun, mengingat beberapa perusahaan perlu membayar utang dan memerlukan dolar dalam jumlah besar. (Dis/Ndw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar