Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A Johansyah mengungkapkan pelemahan rupiah tersebut dipicu oleh dua faktor dominan yaitu rencana pengurangan stimulus AS (tapering off) dan defisit transksi berjalan Indonesia.
Menurut Difi, kondisi rupiah tersebut diakui dalam posisi undervalue dari proyeksi yang diperkirakan bank sentral. Dengan begitu diperkirakan rupiah masih akan menekan sektor korporasi minimal hingga akhir tahun.
"Namun itu akan sedikit diimbangi dengan menurunnya pasar valas pada akhir tahun," jelas Difi di Gedung BI, Jakarta, Kamis (12/12/2013).
Secara rata-rata pelemahan rupiah pada bulan November tercatat sebesar 2,42% (month to month) menjadi 11.624 per dolar AS.
Dengan kondisi rupiah yang sedkit undervalue, Bank Sentral mengimbau eksportir untuk segera mengkonversikan dolar AS yang dimilikinya ke dalam mata uang rupiah.
Secara umum, BI menilai pelemahan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang negara-negara kawasan. Ke depan, BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya sehingga dapat mendukung penyesuaian ekonomi secara terkendali. (Yas/Shd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar