Blogger Cursor by Tutorial Blogspot

Welcome to my Blog

Kamis, 17 Oktober 2013

Usai Rilis Inflasi, Rupiah Tak Bergerak di Posisi 10.910/US$

Rupiah tak bergerak dari posisi 10.900 per dolar AS setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Agustus 2013 mencapai 1,12%. Pencapaian inflasi yeao on year yang sebesar 8,79% juga masih dianggap sesuai prediksi pasar yang ada di kisaran 8,94%. Sementara laju inflasi tahun kalender mencapai 7,49%.
Dengan kondisi inflasi saat ini, pasar melihat inflasi sampai akhir tahun bisa tak menyentuh dua digit.
Menurut data yang dihimpun Bloomberg, rupiah di pasar NDF tercatat naik 0,3% menjadi 11.398 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:18 waktu Jakarta. Sementara kontrak rupiah yang diperdagangkan di pasar spot naik ke level 10.918 setelah merosot 5,9% pada Agustus. Kemerosotan nilai tukar rupiah di pasar spot tersebut merupakan yang terbesar sejak November 2008.
Sementara di pasar lokal rupiah pada pukul 11.30 WIB, Senin (2/9/2013) ada di level 10.910 per dolar AS.

Rupiah Setelah BI Rate Naik
Rupiah tercatat menguat di hari keempat setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI rate pada Kamis pekan lalu guna menahan laju percepatan inflasi. Pergerakan tersebut merupakan penguatan paling lama yang terjadi sejak Juli.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (2/9/2013), nilai tukar rupiah menguat dari level terlemahnya sejak April setelah BI menyatakan pihaknya akan menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia guna mengatasi kondisi ekonomi dan moneter.
Hasil pertemuan tersebut memutuskan BI rate naik menjadi 7%, level tertinggi sejak Juni 2009. Sementara itu, menurut survei yang dilakukan Bloomberg, indeks harga konsumen kemungkinan akan naik 8,95% pada Agustus dan akan menjadi yang tertinggi sejak Januai 2009.
"Bank Indonesia berusaha menahan lonjakan inflasi dengan menaikkan BI rate, yang akan mendorong minat asing terhadap rupiah," ujar Head of Treasury di Bi PT Bank QNB Kesawan Suriyanto Chang di Jakarta.
Lebih lanjut dia menjelaskan, para eksportir mulai menjual dolar akibat peningkatan inflasi dan defisit transaksi berjalan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang menyentuh level terlemah dalam empat tahun terakhir juga menjadi pemicu para investor menjual dolarnya.

Defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat membengkak menjadi US$ 9,8 miliar pada kuartal II. Menurut juru bicara BI, Difi Johansyah, angka tersebut diperkirakan akan menurun di kuartal III tahun ini. (Sis/Igw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar