Rupiah tak bergerak dari posisi 10.900 per dolar AS setelah
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Agustus 2013 mencapai 1,12%.
Pencapaian inflasi yeao on year yang sebesar 8,79% juga masih dianggap sesuai
prediksi pasar yang ada di kisaran 8,94%. Sementara laju inflasi tahun kalender
mencapai 7,49%.
Dengan kondisi inflasi saat ini, pasar melihat inflasi
sampai akhir tahun bisa tak menyentuh dua digit.
Menurut data yang dihimpun Bloomberg, rupiah di pasar NDF
tercatat naik 0,3% menjadi 11.398 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:18
waktu Jakarta. Sementara kontrak rupiah yang diperdagangkan di pasar spot naik
ke level 10.918 setelah merosot 5,9% pada Agustus. Kemerosotan nilai tukar
rupiah di pasar spot tersebut merupakan yang terbesar sejak November 2008.
Sementara di pasar lokal rupiah pada pukul 11.30 WIB, Senin
(2/9/2013) ada di level 10.910 per dolar AS.
Rupiah Setelah BI Rate Naik
Rupiah tercatat menguat di hari keempat setelah Bank
Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI rate pada Kamis pekan lalu guna menahan
laju percepatan inflasi. Pergerakan tersebut merupakan penguatan paling lama
yang terjadi sejak Juli.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (2/9/2013), nilai
tukar rupiah menguat dari level terlemahnya sejak April setelah BI menyatakan
pihaknya akan menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia guna
mengatasi kondisi ekonomi dan moneter.
Hasil pertemuan tersebut memutuskan BI rate naik menjadi 7%,
level tertinggi sejak Juni 2009. Sementara itu, menurut survei yang dilakukan
Bloomberg, indeks harga konsumen kemungkinan akan naik 8,95% pada Agustus dan
akan menjadi yang tertinggi sejak Januai 2009.
"Bank Indonesia berusaha menahan lonjakan inflasi
dengan menaikkan BI rate, yang akan mendorong minat asing terhadap rupiah,"
ujar Head of Treasury di Bi PT Bank QNB Kesawan Suriyanto Chang di Jakarta.
Lebih lanjut dia menjelaskan, para eksportir mulai menjual
dolar akibat peningkatan inflasi dan defisit transaksi berjalan. Selain itu,
nilai tukar rupiah yang menyentuh level terlemah dalam empat tahun terakhir
juga menjadi pemicu para investor menjual dolarnya.
Defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat membengkak
menjadi US$ 9,8 miliar pada kuartal II. Menurut juru bicara BI, Difi Johansyah,
angka tersebut diperkirakan akan menurun di kuartal III tahun ini. (Sis/Igw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar